Kamis, 18 November 2010

sudut 45 derajat



P E N D A H U L U A N
Latar Belakang
Kenesiologi mekanika merupakan suatu wawasan studi gerak tubuh dan olahraga dengan menggunakan dasar pengetahuan mekanika. Salah satu bidang mekanika yang erat hubungannya dengan gerak adalah teori Newton mengenai gerak, karena gerak akan selalu terkait dengan tenaga (force), maka para guru dan pelatih olahraga adalah petugas-petugas atau orang-orang yang setiap hari akan menghadapi masalah gerak yaitu dari seorang siswa atau seorang atlet dalam berolahraga atau dalam kehidupannya ehari-hari.
Gerak merupakan elemen utama dalam pada sebagian besar olahraga. Gerakan dapat berbentuk pergerakan seluruh tubuh atau gerakan benda atau alat yang diakibatkan oleh kerja tubuh. Gerak adalah sebuah fungsi dari kecepatan dan arah . Gerak dapat bersifat horisontal atau vertical, artinya arahnya horisontal atau vertical atau membuat sudut dengan horizontal, atau dapat merupakan sebuah gerak melingkar yang mengelilingi sebuah pusat putaran. Kecepatan ialah perubahan posisi benda pada arahnya pada satuan waktu. Sedangkan Percepatan ialah bertambahnya kecepatan dalam satuan waktu.
Banyak teori yang dikembangkan dalam materi ilmu gerak. Untuk mengerti dengan baik dari teori tersebut diperkenalkan pengertian-pengertian dari suatu ilmu gerak, karena akan membantu memberikan penjalasan dan pemahaman bagaimana melakukan aktifitas olahraga seperti jalan lari, lompat jauh, meluncur, menyelam, senam dan permainan menggunakan/dibantu alat. Dengan teori-teori tersebut membantu kita untuk melakukan analisis gerakan-gerakan seperti : kecepatan, gerak lurus tidak beraturan, posii kaki dalam keadaan kontak dan tidak kontak dengan tanah, gerakan memutar dan beberapa aspek serta teknik dalam olahraga serta gerak manusia.
Sebelum memasuki detail analisa gerak secara kualitatif didalam biomekanika dalam memperbaiki teknik, pertama kita harus mempelajari lebih dahulu tentang perbedaan antara kualitatif dan kuantitatif analisis biomekanik. Bahasan kualitatif dan kuantitatif menggambarkan bagaimana karateristik dari penampilan diamati dan dianalisa oleh pelatih, guru atau dokter. Jika penampilan atau setiap aspek ditinjau secara kuantitatif atau diukur (diperlihatkan dengan bilangan atau angka). Jika penampilan atau setiap aspek dievaluasi dengan hanya menggunakan penglihatan dari pengamat dan tidak menggunakan angka disebut dengan analisa kualitatif dan tetap harus menggunakan teori-teori dan dalil-dalil.
Dalam hal ini, jenis analisa biomekanik kualitatif yang digunakan untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok otot aktif selama setiap fase suatu gerakan disebut analisa anatomi kualitatif. Analisa anatomi kualitatif suatu ketrampilan bisa berbentuk sederhana atau kompleks, terganung pada aktifitas yang di analisa. Salah satu yang berbentuk kompleks adalah nomor lari sprint khususnya teknik start. Dengan menilai perbandingan (cepat, lambat, tinggi, rendah, pendek, panjang, besar, kecil dan selanjutnya boleh jadi digunakan untuk menggambarkan karakteristik ini. Perasaan dari penglihatan, atau pengamatan dengan penglihatan , adalah dasar analisa secara kualitatif.

P E M B A H A S A N
A. Metode Analisa Anatomi Kualitatif.
Tujuan dari analisa anatomi kualitatif adalah menentukan aktifitas otot yang dominan selama fase penampilan tertentu dan untuk mengidentifikasi hal-hal yang terjadi seketika saat tekanan-tekanan yang besar terjadi sehubungan dengan tarikan atau ketegangan otot dalam variasi gerakan persendian . Seorang pelatih atau guru olahraga dapat melakukan analisa terhadap siswa, atlet atau atlet professional yangsedang melakukan teknik yang efektif. Analisa terhadap atlet professional akan mengidentifikasi otot-otot mana yang digunakan dalam melakukan teknik-teknik yang paling efektif. Sedangkan analisa terhadp siswa atau atlet akan menganalisa otot-otot yang digunakan dalam melakukan teknik-teknik tertentu.Untuk keduana, metode-metode yang diperlukan dalam mengidentifikasi otot-otot tersebut sama.
Metode-metode untuk mengidentifikasi otot-otot yang aktif selama berolahraga atau melakukan gerakan,salah satunya adalah dengan menyentuh dan merasakan otot-otot permukaan seorang atlet selama bergerak. Jika otot tersebut tegang dan kaku, berarti otot tersebut secara aktif sedang mengumpulkan kekuatan. Tetapi jika otot tersebut lembut dan lembek, berarti otot tersebut tdak aktif. Metode ini hanya berlaku jika suatu aktifitas melibatkan posisi diam dan gerakan lambat, contahnya : angkat besi dan senam. Metode ini tidak praktis untuk menganalisa jenis aktifitas dinamis seperti : lari, melempar dan jenis permainan ynng menggunakan alat (tenis). Mungkin metode ini lebih tepat untuk digunakan dalam menentukan aktifitas otot yang dominan selama fase penampilan tertentu dan untuk mengidetifikasi hal-hal yang terjadi seketika saat tekanan-tekanan yang besar tejadi sehubungan dengan tarikan atau ketegangan otot dalam variasi gerakan persendian, misalnya dengan merekam gerakan pada video atau kamera digital untuk mendapatkan gambaran gerakan secara lengkap

B. Start Jongkok
Start adalah suatu persiapan awal seseorang pelari akan malakukan gerakan berlari. Untuk nomor lari jarak pendek start yang digunakan adlah start jongkok (crouch start) sedangkan untuk jarak menengah dan jauh menggunakan start berdiri (standing start).
Tujuan utama start dalam lari jarak pendek, lari estafet/sambung, dan lomba lari gawang adlah untuk mengoptimalisasikan pola lari percepatan. Si pelari harus dapat mengatasi kelembaman/inertia dengan menerapkan daya maksimum terhadap start block sesegera mungkin setelah tembakan pistol start atau aba-aba dari starter dan bergerak ke dalam suatu posisi optimum untuk tahap lari percepatan.
Suatu start yang baik ditandai dengan sifat-sifat berikut ini :
1. konsentrasi penuh dan menghilangkan semua gangguan dari luar saat dalam posisi aba-aba Bersediaaa
2. menyesuaikan sikap yang sesuai pada posisi aba-aba Siaaap
3. suatu dorongan eksplosif oleh kedua kaki terhadap tumpuan pada start block dalam suatu sudut yang optimal.
1. Penempatan Start Blok
Ada tiga macam penempatan start blok, dan penempatannya disesuaikan dengan postur tubuh, yaitu :
a. Start pendek (short start)
b. Start medium (medium start)
c. c. Start panjang (longed start)
2. Aba-aba Start Lari Sprint
Lari sprint seoarang starter akan memberikan aba-aba : bersediaaa, siaaap. Yaaak atau door bunyi pistol. Adapun posisi badan saat aba-aba tersebut di atas sebagai berikut :
a. Bersedia
Setelah starter memberikan aba-aba bersedia, maka pelari akan menempatkan kedua kaki dalam menyentuh blok depan dan belakang; lutut kaki belakang diletakkan di tanah, terpisah selebar bahu lebih sedikit, jari-jari tangan membentuk huruf V terbalik, dan kepala dalam keadaan datar dengan punggung, sedangkan pandangan mata menatap lurus ke bawah.
b. Siaaap
Setelah ada aba-aba siaaap, seoang pelari akan menempatkan posisi badan sebagai berikut : lutut ditekan ke belakang ; lutut kaki depan ada dalam posisi membentuk sudut siku-siku 90 derajat ; lutut kaki belakang membentuk sudut antara 120-140 derajat ; dan pinggang sedikit diangkat tinggi dari bahu, tubuh sedikit condong ke depan, serta bahu sedikit lebih maju ke depan dari kedua tangan.
c. Yaak (bunyi pistol) atau drive
Gerakan yang akan dilakukan pelari setelah aba-aba yaak adalah badan diluruskan dan diangkat pada saat kedua kaki menolak/menekan keras pada start blok ; kedua tangan diangkat dari tanah bersamaan untuk kemudian diayun bergantian ; kaki belakang mendorong kuat/singkat, dorongan kaki depan sedikit tidak namun lebih lama ; kaki belakang diayun ke depan dengan cepat sedangkan badan condong ke depan ; lutut dan pinggang keduanya diluruskan penuh pada saat akhir dorongan.
Adapun bentuk gerakannya Sebagai berikut :
C. ANALISIS BIOMEKANIKA GERAK START
Analisis gerak dalam biomekanik untuk teknik start adalah

BLOCK SPACING

Faktor paling umum telah dipelajari pengaruh block spacing pada awal. Studi-studi penelitian besar mendukung penggunaan media anteroposteior jarak antara kaki. (Henry 1952, Menely & Rosemier 1968, Sigerseth & Grinaker 1962).
Dalam beberapa studi yang sangat awal ditemukan awal tandan (kaki terpisah jarak 10 inci) yang dihasilkan lebih cepat mulai dari media atau mulai memanjang. Penelitian ini, seperti sejumlah studi awal lainnya dilakukan dengan keyakinan bahwa memulai adalah sebuah divisi yang berbeda. Henry (1952) disajikan bukti bahwa penggunaan bunch 11 inci mulai menghasilkan clearance blok lebih cepat, tetapi dengan kecepatan kurang dari yang dicapai dari posisi menengah, sehingga kali secara signifikan lebih lambat untuk 10 dan 50 meter. Proporsi tertinggi berjalan terbaik berasal dari jarak blok 16 inci, yang akan diklasifikasikan sebagai mulai media. Sigerseth & Grinaker (1962) temuan setelah mempelajari kali selama 10, 20, 30, 40 dan 50 meter mendukung yang dilaporkan oleh Henry. Awal media menawarkan keuntungan terbesar bagi pelari tersebut.
BLOCK ANGLES
Banyak telah ditulis dan dibahas tentang jarak antara blok depan dan belakang, tetapi mengabaikan pengaruh yang berbeda sudut blok. Sebuah studi baru-baru ini oleh Guissard, Duchateau & Hainaut 1992 telah menunjukkan bahwa variasi dalam sudut blok dapat memiliki pengaruh besar pada kecepatan mulai. Dalam studi ini digunakan jarak 17 atlet pilihan mereka sendiri antara blok dan garis start. Mereka semua menggunakan blok belakang sudut 70 derajat, tapi diuji tiga sudut dengan blok depan: 30, 50 & 70 derajat.
Hal ini menunjukkan bahwa penurunan arah miring blok depan meningkatkan kecepatan awal seorang pelari cepat tanpa perpanjangan dari push-off. Pengaruh mengurangi sudut blok depan baik menyebabkan saraf dan mekanik perubahan sehubungan dengan peningkatan dicatat dalam memulai kecepatan ketika sudut blok mengalami penurunan. Namun itu terutama perubahan mekanik dalam hubungannya dengan peningkatan dicatat dalam memulai kecepatan ketika sudut blok mengalami penurunan. Penjelasan untuk perbaikan ini adalah sendi pergelangan kaki berada dalam posisi yang lebih efektif di pergelangan kaki adalah dorsiflexed. Dorsofleksi pra pergelangan kaki-peregangan otot betis dan tendon Achilles. Semakin rendah sudut blok (turun sampai 30 derajat), semakin besar Achilles dan peregangan otot betis dan semakin besar gaya kaki bersama dapat menghasilkan. Tellez & Doolittle menyarankan bahwa sudut dalam kedua mata kaki harus mendekati paling tidak 90 derajat, membantu atlet untuk merasakan tekanan di blok belakang untuk tingkat yang lebih besar.
FOOT POSITION
Dalam rangka untuk mendapatkan lebih banyak pra-ketegangan pada otot betis, sepatu berduri pertama kedua kaki harus berada di trek. Dengan otot betis yang lentur, adalah mungkin untuk mendapatkan awal yang lebih efisien. Jika massa tubuh lebih terpusat pada kaki daripada di lengan, pra-ketegangan dapat ditingkatkan. Tellez & Doolittle (1984) merekomendasikan posisi yang sama di blok depan dengan jari-jari kaki pada permukaan trek kaki, sementara di blok belakang, mereka menyarankan ujung jari-jari kaki dari sepatu menyentuh trek. Variasi posisi kaki belakang mungkin menekankan kecepatan keberangkatan kaki belakang dari blok.
DISTANCE FROM STARTING LINE
JARAK DARI STARTING LINE
Dalam menentukan jarak antara kaki depan dan garis start, (Barbaro 1983) menyebutkan bahwa distribusi berat, posisi pinggul dan pengaruh drive kaki harus dipertimbangkan. Jika kaki depan terlalu dekat dengan garis start, banyak dari berat badan akan beristirahat padanya dan sudut lutut akan kurang dari 90 derajat. Hal ini akan mengakibatkan tidak efisien drive kaki depan. Jika massa tubuh lebih terpusat pada kaki dari lengan, pra-ketegangan betis dapat ditingkatkan. (Mero). Dalam sebuah studi oleh Schot & Knutzen (1992) empat posisi start sprint dianalisis dengan perhatian khusus ke tanah gaya reaksi, gaya-gaya horizontal dan kecepatan. Ditemukan bahwa mereka dengan jarak yang lebih besar antara kaki depan dan garis mulai menghasilkan impuls mendorong lebih besar, langkah kaki pertama dari kecepatan dan kecepatan rata-rata kecepatan yang lebih besar melalui jebakan meter 2.
Sudut LUTUT
Salah satu faktor penting dalam menentukan kekuatan dan momentum dikembangkan di awal sprint adalah sudut kaki depan di posisi yang ditetapkan. Sebagian besar literatur menerima bahwa dekat sudut 90 derajat adalah sudut yang ideal di posisi ini. Hal ini memungkinkan ekstensor lutut bekerja terbaik pada waktu yang tepat untuk kekuasaan dan momentum maksimum untuk dikembangkan. Sebuah sudut lebih dari 90 derajat dapat memungkinkan kecepatan kaki lebih cepat dari blok tetapi tidak akan mengembangkan kekuatan yang sama dan momentum. Borzov (1980) dalam investigasinya ke posisi awal yang optimal, bervariasi sedikit, dengan kaki sudut menyarankan depan ideal 100 derajat. Opini pada sudut kaki belakang bervariasi antara 110 derajat dan 135 derajat. Tellez & Doolittle (1984) menyarankan sudut optimal sekitar 135 derajat untuk kaki belakang karena memungkinkan tuas untuk bergerak lebih cepat dan memungkinkan impuls yang lebih besar dari posisi statis. Mereka juga menyarankan bahwa kecepatan tubuh awal disediakan oleh drive kaki belakang masa lalu kaki depan adalah posisi yang lebih baik mekanik untuk mempercepat melalui aplikasi yang lebih lama gaya.
PINGGUL
Tinggi pinggul dan jumlah bersandar ke depan dalam posisi set adalah penting. Hal ini jelas terkait dengan sudut kaki. Jika ketinggian pinggul terlalu rendah sudut kaki terlalu tertutup dan pusat massa tidak dalam posisi yang baik untuk menggantikan ke arah menjalankan. Jika mereka terlalu tinggi sudut terlalu terbuka mempengaruhi kekuatan optimal terhadap blok. Barbaro menyarankan pinggul harus 6-12cm lebih tinggi dari bahu. Tingkat bersandar ke depan harus sedemikian rupa sehingga tidak terlalu jauh untuk menekan diucapkan di tangan atau terlalu kecil yang menghambat maju perpindahan dari pusat gravitasi. Jika pinggul terlalu jauh ke depan akan mengurangi drive cepat depan. Jika mereka hanya di atas atau di belakang kaki depan mereka akan lebih banyak komponen komponen vertikal bukan horizontal dalam mengusir. Pinggul harus karena itu hanya di depan kaki dalam posisi yang ditetapkan.

LENGAN
Lengan harus bahu lebar atau sedikit lebih luas. Jika mereka terlalu sempit posisi tetapkan akan menjadi tidak stabil. Jika mereka terlalu lebar, kepala dan bahu drop terlalu jauh di bawah ketinggian pinggul.
REACTION TIME

Waktu reaksi telah digambarkan sebagai waktu yang telah berlalu antara penembakan pistol starter, dan reaksi pertama atlet. Ketika blok otomatis digunakan dalam kejuaraan besar dipandang atlet tidak dapat bereaksi lebih cepat dari 0,1 detik. (Mero, Komi & Gregor 1992) mendefinisikan waktu reaksi sebagai waktu antara suara pistol starter dan saat atlet mampu mengerahkan tekanan tertentu terhadap blok awal. Reaksi pengukuran waktu ini termasuk waktu yang dibutuhkan untuk suara pistol untuk mencapai atlet, waktu yang dibutuhkan bagi seorang atlet untuk bereaksi terhadap suara dan keterlambatan mekanik pengukuran yang melekat di blok awal.
Waktu reaksi dapat dibagi menjadi:
1. Premotor waktu: waktu dari pistol sampai onset aktivitas EMG pada otot rangka.
2. Motor waktu: penundaan antara onset aktivitas listrik dan produksi gaya oleh otot.
(Payne & Blader 1971) dijelaskan Reaksi waktu rata-rata sekitar 0,09 detik dari bunyi senapan dan kenaikan pertama dengan kekuatan jejak - kali ini jauh lebih cepat dari waktu reaksi dari para atlet yang sama diperoleh dengan metode konvensional. Mungkin menunjukkan bahwa pengukuran 'Pra-motor' periode waktu reaksi total. Teori ini didukung oleh kenyataan bahwa kenaikan ini pertama di jejak tidak bertepatan dengan gerakan jelas dari atlet.
Berbagai kesimpulan telah dibuat tentang waktu reaksi, mereka termasuk:
i. Dalam semua peristiwa sprint, reaksi kali atlet terbaik adalah kurang dari 200m/sec.
ii. Dalam acara yang sama, reaksi kali perempuan lebih besar daripada laki-laki.
iii. Reaksi kali tumbuh secara proporsional dengan panjang dari perlombaan.
iv. Reaksi waktu hanya memainkan bagian yang sangat kecil dalam pelaksanaan lomba secara keseluruhan.
BLOK Clearance
Sebagai drive atlet dari blok, kaki belakang ditarik melalui cepat; kaki depan penuh meluas; lengan drive penuh semangat dalam sebuah tindakan lengan pendek, sedangkan kepala tetap dalam garis alami dengan bagasi. Tellez & Doolittle menyarankan bahwa sebagai hasil dari drive dari blok, kekuatan yang telah diterapkan melalui blok depan perjalanan dalam satu baris langsung melalui tubuh. Sudut 45 derajat yang disarankan sebagai sudut optimal untuk drive yang paling efisien dari blok. Akan muncul bahwa sudut yang jauh lebih besar dari 45 derajat akan meminjamkan dirinya untuk komponen vertikal terlalu banyak dan dengan demikian mengorbankan beberapa percepatan awal. Sebuah sudut kurang dari 40 derajat dapat menyebabkan efek sandungan yang memerlukan langkah-langkah singkat untuk memperbaiki ketidakseimbangan tersebut. Namun, Payne & Blader (1971) menunjukkan bahwa disediakan atlet tidak mengganggu perjalanan atau terlalu banyak dengan menjalankan berikutnya, akan terlihat bahwa secara keseluruhan, sebagai impuls horisontal sebanyak mungkin harus diupayakan untuk selama awal. Ditemukan bahwa ketika atlet mengeluh sandungan keluar dari blok, mereka yang terbaik dimulai diukur dengan percepatan horizontal berarti dan berarti kecepatan lebih dari 20 meter.
Payne & Blader (1971) juga menemukan bahwa pada umumnya baik belakang dan kaki depan mulai mengerahkan pasukan di blok pada saat yang bersamaan. Atlet dengan mulai terbaik biasanya memiliki tindakan kaki belakang yang kuat. Namun, itu kaki depan dengan waktu kontak lebih lama perusahaan yang memberikan sebagian besar percepatan tubuh. Arnold (1992) decries bagaimana, setelah penembakan pistol, fokus perhatian harus dilatih pada pikiran tertentu. Lima pikiran dasar yang disarankan (tetapi berkonsentrasi pada satu pada satu waktu). Mereka termasuk mengemudi keras dengan kaki depan, kaki belakang bergerak secepat mungkin ke langkah pertama, mendorong lengan ke langkah pertama, menjaga bahu rendah untuk beberapa langkah pertama, dan mengemudi keras, tanpa overstriding untuk beberapa pertama langkah. Setelah membersihkan blok beberapa langkah pertama menyiapkan pola percepatan. atlet Kebutuhan tubuh ramping diucapkan ketika percepatan terbesar dalam langkah pertama. Setiap langkah berturut-turut dalam fase percepatan akan sedikit lebih lama daripada sebelumnya saat atlet mempercepat dari blok.
KESIMPULAN
Seperti dapat dilihat ada berbagai macam variabel yang mempengaruhi mulai sprint. Sebagai seorang pelatih adalah bijaksana untuk mempertimbangkan dan menerapkan studi yang dijelaskan informasi yang diperoleh untuk kepentingan atlet sendiri. Terlalu sering kita menemukan atlet dapat mengamati posisi blok atau teknik atlet elit tertentu, dan menerapkannya pada diri mereka tidak berhasil. Kasus yang jelas adalah jumlah atlet muda mencoba untuk menyalin posisi awal dari Ben Johnson. atlet kali ini memiliki reaksi yang sangat cepat dan sangat tinggi tingkat kekuatan yang membantu mulai yang khusus menjadi begitu sukses. Johnson menggunakan sudut blok yang relatif tinggi dan jarak inter pendek (sekitar 28cm), yang akan diklasifikasikan sebagai mulai Tandan.
Dengan jenis masalah mulai dapat muncul di tolak karena sudut kecil fleksi di sendi lutut. Johnson memecahkan masalah ini dengan meningkatkan jarak antara tangannya di trek dan mengangkat pinggul nya di set untuk memberikan sudut lutut-sendi yang optimal. Jenis teknik akan mulai tidak cocok untuk atlet elit yang paling dan bukan teknik disarankan untuk mengembangkan atlet yang akan memiliki tingkat kekuatan yang jauh lebih rendah dari Johnson.

Teknik atlet seperti Linford Christie atau Colin Jackson, yang menggunakan sudut blok yang lebih rendah dan jarak inter lebih luas akan lebih cocok sebagai model untuk pengembangan atlet. Atlet ini memiliki posisi awal yang lebih seimbang dan gunakan memulai sangat efektif untuk mengatur diri untuk sisa perlombaan.
Dengan atlet sendiri aku memiliki preferensi untuk sudut blok rendah dan jarak inter media. Jenis posisi tampaknya didukung oleh banyak penelitian yang diuraikan.
Ketika saya punya kesempatan untuk memodifikasi posisi atlet mulai dari sudut blok yang lebih tinggi dan jarak inter lebih dekat, saya telah menemukan bahwa sekali atlet menjadi terbiasa dengan posisi baru, meskipun clearance blok mereka tidak lebih cepat, dua puluh meter kali mereka telah membaik. Namun harus diingat bahwa tidak ada satu blok posisi atau memulai teknik yang cocok setiap atlet, dan pelatih harus mempertimbangkan karakteristik individu atlet.
Barbaro menyatakan "Seorang pelatih tidak dapat berbuat lebih buruk daripada mulai dengan posisi terbaik mekanik dan kemudian memodifikasi jika perlu, untuk disesuaikan dengan karakteristik atlet nya."
Seperti dapat dilihat, ada berbagai macam variabel yang mempengaruhi mulai sprint. Setiap variabel dapat memainkan peran signifigant dalam kinerja keseluruhan dari start.It sprint juga dapat dilihat bahwa beberapa variabel-variabel ini secara langsung berhubungan dengan orang lain.

Daftar Pustaka
1. Arnold M.Starting Sprinting & Hurdling Races 1992.
2. Barbaro V. - Comparison of Sprint Starts.Track Technique. December 1983.
3. Baumann W. - Kinetic and Dynamic Characteristics of the Sprint Start.Biomechanics volume B (p195-199), 1976.
4. Borzov V. - Optimal Starting Position.Modern Athlete & Coach. January 1980.
5. Faithful P. - The Sprint Start.Modern Athlete & Coach.
6. Guissard N., Duchateau J. & Hainaut K. - EMG and Mechanical Changes During Sprint
Starts at Different Front Block Obliquities.Medicine & Science in Sports & Exercise. (p1257-1263), 1992.
7. Harland M. - Report to Coaches & Athletes of Study on Block Start. 28/2/95.
8. Hay J. G. - The Biomechanics Of Sports Techniques. 4th Edition. (p 402-405) 1994.

9. Jones T. - Coaching the Sprinter.Track Techniques No. 85. Summer 1983.
10. Korchemny R. - A New Concept for Sport Start & Acceleration Training. N.S. by IAAF December 1992.
11. Leuchenko A. - 100 metres in 9.83 : The Birth of a Record.Legkaya Atletika 5 : 16-17. (1988).
12. Menely R. and Rosemier R. - Effectiveness of Four Track Starting Positions On Acceleration.The Research Quarterly . Vol 39 No.1. 1968.
13. Mero P.V., Komi & Gregor R.J. - Biomechanics of Sprint Running. Sports Medicine. 13 (6) 376-392. 1992.
14. Payne A.H. & Blader F.B. - The Mechanics of the Sprint Start.
Medicine & Sport Vol 6. Biomechanics II. pp 225-231. 1971.

15. Richburg O. - Sprint Starts.Track & Field Quarterly 1990.
16. Schot P.K. & Knutzen K. - A Biomechanical Analysis of Four Sprint Start Positions.
Research Quarterly for Exercise and Sport. Vol 63. No. 2. 137-147, 1992.
17. Sigerseth P. & Grinaker V. - Effect of Foot Spacing on Velocity in Sprints.
The Research Quarterly Vol 33. No.4. 1962.
18. Stock Malcolm - Influence of Various Track Starting Positions on Speed.
The Research Quarterly Vol 33. No. 4. 1962.
sumber:
http://wengayo.blogspot.com/2010/06/analisis-gerak-dalam-biomekanik-untuk.html

1 komentar: